IBUKU PEMBOHONG !

“Ibu, ndak papa koq…. Cuman kecapekan. Paling nanti tiduran bentar, minum teh anget sudah baikan” kata-kata itu yang selalu diulang ulang ibuku ketika kujenguk sore itu. Ibuku Pembohong. Ibu telah berbohong.

Mungkin ibu memang kecapekan, setelah sibuk melayani pelanggan di warung makannya, ibu beralih profesi menjadi “pelayan” bagi 2 jagoan yang menjadi “raja” baru di rumah ibu, ya..2 orang keponakanku itulah yang menjadi raja baru. Setiap kali berangkat kerja kakakku menitipkan jagoannya pada ibuku. Dan mereka hebatnya bukan main…. Dinding rumah adalah saksi kehebatan mereka, tak ada celah yang menyisakan warna asli dinding rumah. Setiap kali di bersihkan, setiap kali pula dua jagoan itu menggoreskan karya mereka di sana, hingga akhirnya  ibu membiarkan saja raja raja kecil itu berkarya di sana.

“Sudah ke Dokter, Bu? Saya antar sekarang, ya?” pintaku.

”Ndak usah..ibu ini ndak papa” tolak ibu.

Kudekati ibu, ku pijit-pijit kakinya. Badannya panas.

”Sudah, ibu ndak papa” elak beliau. Dan kulihat butiran bening, leleh di sudut matanya. Ya..ibuku menahan tangis. Begitulah ibuku setiap kali ”ketahuan” berbohong…dan kebohongan-kebohongan itu pula yang membuatku makin cinta pada ibu.

Sejenak pikiranku melayang, kembali ke masa-masa ketika aku tinggal bersama ibu. Tak terhitung berapa kebohongan yang telah ibu buat…

Saat tersisa sedikit makanan, ibu memberikannya padaku sambil berkata: ”Makanlah Le, ibu tidak lapar”. Aku tahu ibu sebenarnya perih menahan lapar.

Ketika aku sakit, ibu memberikan waktunya 24 jam penuh kepadaku tanpa letih. Setiap kali kubuka mata, ibu setia disampingku dengan senyumnya beliau berkata: ”Tidurlah Le, ibu nggak ngantuk”

Ibu juga senantiasa tersenyum menenangkan setiap kali kupinta uang bayaran sekolah, ” Ibu ada uang koq, tenang saja lusa pasti kita bayar” padahal setiap kali pula aku tahu Ibu mesti merendahkan diri ke orang orang untuk berhutang, demi aku.

Aku tahu semua kebohongan itu hanya untuk aku. Semuanya karena cintanya padaku. Kebohongan pula yang ibu tampakkan kepadaku, ketika kutanya dimana bapak? Mengapa ibu selalu mengurus segalanya sendirian? Dan aku tahu ibuku menyimpan luka. Dan ibu selalu membalut luka itu dihadapan anak-anaknya, tapi aku tahu luka itu selalu pecah menjadi tangis di sepertiga malam terakhir, saat ibu bersujud.

Sekarangpun, setelah aku menikah ibu masih setia dengan kebohongannya. Masih setia dengan senyum tenangnya. Dan semuanya itu karena cintanya padaku.

Aku banyak BERGURU PADA IBU.

Ibu, betapa aku makin mencintaimu….

KISAH TENTANG IBU YANG LAIN:

IBUKU PEMBOHONG

RAHASIA TELUR MATA SAPI IBU

Exit mobile version