Seperti sudah menjadi kebiasaan rutin, aku selalu menaruh koin-koin di mobilku. Siang itu, sebelum aku jalan aku cek apakah masih cukup persediaan koin hingga bolak-balik pergi pulang. Setelah memastikan cukup, barulah aku jalan. Tak terhitung berapa lampu merah yang kulewati dan berapa koin yang telah berpindah tangan. Hingga di lampu merah yang ke sekian kali, dari jauh kulihat seorang bapak tua Pengemis sudah menyambutku dengan anggukan kepala, kemudian mendekat dan memainkan untaian tutup botol. Kuulurkan sekeping koin dan bapak tua itu menerimanya dengan senyum, kemudian jutaan doa terlontar dari bibirnya. Sejenak aku terdiam, tercekat tanpa kata dan tanpa sadar tanganku merogoh saku mengulurkan semua yang tersisa yang ada disana. Senyum bapak tua semakin mengembang dan akupun ikut tersenyum, tak lama lampu hijau memaksaku berlalu. Rasanya bahagia menyaksikan bapak tua itu bersuka cita dengan pemberian kita.
Sepanjang jalan, kurenungi. Seandainya kita adalah pengemis yang meminta belas kasih pada Yang Maha Kaya, akankah kita mampu bersikap seperti bapak tua ? diberi rizqi ‘hanya’ sekeping koin tetap bersyukur bahkan memberi ‘bonus’ doa yang tulus.. apalagi jika mendapatkan rizqi yang banyak , senyum akan makin mengembang.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS: Ibrahim:7)
dan bapak tua itu telah membuktikannya, dengan membuatku ‘terhipnotis’ untuk merogoh saku dan mengeluarkan semua yang ada di sana. Kesyukuran, senyum dan lontaran doa-doa bapak tua itulah yang ‘menghipnotisku’ dan aku bahagia karenanya. Andai bapak tua itu, bermuka kecut karena ‘hanya’ menerima sekeping koin, atau justru malah mengumpat tentulah aku tak sudi untuk merogoh saku lagi, bahkan bukan tidak mungkin aku akan balas mengumpat dengan lebih pedas : “dasar pengemis tak tahu untung ! di beri malah mengumpat !!”
Ah..bapak tua, engkau menyadarkanku bahwa sesungguhnya akulah pengemis itu, kitalah pengemis di hadapan Yang Maha Kaya. Sekecil apapun pemberian-Nya, tentulah Dia akan tersenyum manakala kita terima pemberian-Nya dengan senyum kesyukuran. Sebab sesungguhnya kebahagiaan tidak pernah menghampiri pada mereka yang gagal menghargai apa yang telah mereka miliki.
Sudahkah kita berbagi hari ini ?