adu bodoh

Adu Bodoh

Dua orang Bos ‘berlomba’ adu bodoh, yaitu menonjolkan kebodohan sopirnya. Bos A kemudian memanggil sopirnya, “Kevin Aprilio, tolong beli mobil Ferari seri terbaru dengan uang Rp 100 ribu ini”. “Baik Tuan”. Dengan cepat Kevin Aprilio berlalu

Bos A dengan senyum kemenangan, “Tuh lihat sendiri kan betapa bodohnya sopir saya”.

“Ah itu sih belum apa-apa dibanding kebodohan sopirku”, sahut Bos B.

“Tukul, tolong cek apakah saya ada di rumah saat ini”.

“Segera Tuan” sahut Tukul. Diapun segera berlalu.

Dengan tertawa keras Bos B memandang Bos A untuk menunjukkan bahwa dia  yang menang dalam ‘pertandingan kebodohan’ ini.

Kedua sopir kemudian bertemu di jalan. Kevin Aprilio berkata, “Ampun deh Bosku itu sangat tolol”.

“Ah kamu sih belum tahu kalau Bosku jauh lebih tolol daripada Bosmu”, respon Tukul.

Tidak mau kalah Kevin Aprilio menyambung, “Bayangkan Bosku memberi uang Rp 100 ribu untuk membeli Ferari seri terbaru. Mana mungkin itu ???”. “Masa Bos tidak tahu kalau hari ini hari Minggu. Mana ada show room yang buka sehingga aku bisa membeli mobil Ferari seri terbaru ?”.

“Iya.. ya benar juga. Tapi dengar dulu ceritaku sebelum kamu berpikir bahwa Bosmulah yang paling bodoh”. “Masa Bosku minta tolong aku untuk mengecek apakah dia yang saat ini bersama Bosmu di sini, ada di rumah saat ini ?. Aneh sekali”. “Kan Bosku punya HP, kenapa dia tidak langsung telpon ke rumah untuk menanyakan apakah dia ada di rumah atau tidak saat ini?”.

Mungkin kita akan tersenyum lebar membaca cerita di atas sambil berpikir apakah benar ada orang sebodoh Kevin dan Tukul, kedua sopir tersebut. Dalam dunia nyata, kita sangat dekat dengan orang-orang ‘bodoh’ yang teriak ‘bodoh’ seperti kedua sopir yang mengatakan kedua Bos mereka bodoh tanpa mereka mengerti bahwa sebenarnya mereka ‘lebih bodoh’. Bahkan, tanpa bertendensi apapun, jangan-jangan kitapun termasuk kelompok ‘bodoh teriak bodoh’ ini.

Banyak orang yang terbiasa mencela orang lain terutama karena kesalahan dan kekurangan orang lain tersebut. Tidak jarang celaan itu muncul dari pikiran iri, dengki, takut kalah, dan lain-lain penyakit pikiran yang banyak menghinggapi orang jaman sekarang. Padahal setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada keterbatasan dalam diri setiap orang. Tidak ada yang sempurna segala-galanya. Apakah kita memiliki hak untuk mengatakan orang lain bodoh, selalu salah, jelek, dan lain-lain yang tidak baik ? Bukankah kita sendiri pasti pernah melakukan kesalahan dan ‘kebodohan’ sewaktu kita belum ‘sepintar’ saat ini ?

Bos A dan B juga termasuk kelompok ‘bodoh teriak bodoh’ karena mempertandingkan adu bodoh dari sopirnya. Mereka tidak sadar bahwa merekapun dikatakan bodoh oleh kedua sopir yang dibodoh-bodohi oleh mereka walaupun pemberian ‘cap bodoh’ oleh kedua sopir kepada kedua Bos dalam konteks yang berbeda. Kita perlu sering ‘berkaca’ dan mengevaluasi diri untuk terus melakukan perbaikan terhadap diri sendiri baik dalam tataran pemahaman maupun perbuatan langsung melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Jangan habiskan waktu kita untuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Manfaatkan waktu tersebut untuk mengolah diri menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kita menjadi orang-orang yang punya daya saing tinggi untuk berkompetisi dalam dunia bisnis atau profesional, dan sosial kemasyarakatan.

Sehingga, kita tidak akan terperosok ke dalam kelompok ‘bodoh teriak bodoh’ dan bisa menjadi orang-orang yang ‘pintar’, yang tidak mudah memberikan klaim atau label (terutama ‘bodoh’) kepada orang lain.