Apakah Workaholic itu kuda

Hadiah Sang Kaisar

Alkisah, setelah behasil selamat dalam sebuah peperangan karena pertolongan seorang prajurit, sang Kaisar berterima kasih pada salah seorang prajuritnya itu. Dan berkata apabila prajuritnya itu bisa naik kuda dan menjelajahi daerah seluas apapun, Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang bisa dia jelajahi itu sebagai hadiah. Kontan si prajurit itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Dan memang dia telah mendapatkan tanah yang luas, tapi itu tidak menghentikannya untuk terus memacu kudanya.

Hingga akhirnya, kudanya mati tersungkur karena kelelahan, dan ia terpelanting , kelelahan dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, “Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, Hadiah sang Kaisar menjadi sia-sia dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri.”

Begitulah kehidupan kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kekuasaan, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar kita, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan bahkan kehidupan spiritual kita. Seringkali jiwa kita kelaparan tanpa makanan (baca: siraman rohani). Dan ketika kita menoleh kebelakang, semuanya menjadi terlambat. Sesungguhnya kita tidak membutuhkan yang sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu atas semua yang tidak sempat kita lakukan.

Maka, sempatkanlah untuk memikirkan barang sejenak apa yang akan kita lakukan apabila kita mati besok. Kita semua saat ini sedang antri di depan pintu kematian, tapi kita tak pernah tahu berapa nomor antrian kita.

Hidup ini bukan untuk hidup, tetapi untuk yang Maha Hidup.  Hidup bukan untuk mati, tetapi justru mati itulah untuk hidup. Oleh karena itu jangan takut mati. Jangan lupa mati. Jangan cari mati, tetapi rindukanlah mati. Karena mati pintu berjumpa denganNYA.

Belajarlah untuk menghormati dan menikmati kehidupan, dan yang terutama:
Mengetahui apa tujuan UTAMA kita di kehidupan ini. Seperti penyelam mutiara, yang membekali dirinya dengan sebuah tabung oksigen untuk menyelam, kemudian sang Majikan memerintahkan kita untuk terjun ke bawah laut dan mencari mutiara. Namun kita seringkali terpesona dengan keindahan bawah laut yang menakjubkan. Dan sampai- sampai pesona keindahan itu memalingkan kita dari tujuan utama kita. Hingga akhirnya kita sadar tabung oksigen mulai habis, dan saatnya kita kembali ke daratan untuk menghadap Sang Majikan. Apakah mutiara itu sudah kita dapatkan? Ataukah keindahan laut telah melenakan kita ?

1 thought on “Hadiah Sang Kaisar”

Comments are closed.