Di sekeliling kita banyak kita temui orang yang menikmati pekerjaannya. Namun tetap saja lebih banyak orang yang tidak menikmati. Bahkan tidak ada lagi motivasi untuk bekerja. Mereka pergi ke tempat pekerjaannya hanya untuk menyambung hidupnya. Apa yang membuat perbedaan ini? Mari kita belajar dari cerita ini.
Seorang konglomerat tua sedang resah, karena anak gadisnya belum juga mendapat jodoh. Selain itu dia pun khawatir dengan calon putra mahkota yang akan meneruskan imperium bisnisnya. Maka dia membentuk panitia ad hoc untuk rekruitmen calon menantu. Setelah tim bekerja keras menjaring calon-calon menantu, dengan berbagai jenis tes yang ada, terpilihlah lima calon menantu.
Tibalah saatnya untuk pengujian terakhir langsung oleh sang konglomerat sendiri. Pelaksanaan tes itu di seputar kolam renang istananya. Para Kandidat menantu berdiri di pinggiran tempat perenang memulai startnya, sedangkan sang konglomerat berdiri di tepi seberangnya.
“Para calon menantu, mengingat tugas Anda nanti cukup berat, yaitu sebagai penerus bisnisku, dan pendamping putriku semata wayang maka ujian terakhir ini langsung dari aku” tegas sang konglomerat.
“Ujiannya adalah berenang dari tempat Anda berdiri ke tepi tempat saya berdiri disini”.
Maka para kandidat langsung mengambil ancang-ancang. Layaknya Atlet perenang olimpiade, mereka tidak mau kecurian waktu saat start, namun rupanya instruksi belum selesai. Dengan suara lantang sang konglomerat menambahkan:
“Kalau hanya itu ujiannya tentu terlalu enteng. Itu tidak sepadan dengan ujian yang akan Anda hadapi kelak. Supaya mendekati dengan kenyataan dunia bisnis yang keras, maka sebentar lagi akan dimasukkan lima buaya yang sudah lima hari tidak makan”.
Kemudain panitia segera memasukkan 5 buaya ke kolam renang itu.
Para Kandidat kelihatan bergidik, dan bergeser sedikit-sedikit mundur dari tepian. Dengan tak sabar sang konglomeratpun berteriak “Saya akan beri hitungan mundur sebanyak tiga kali, kalau ada yang berani silakan menceburkan diri. Bila memang tidak berani, tidak apa-apa, akan kami cari calon yang lebih punya nyali, tiga… dua….sat….”
Tiba-tiba ada seorang kandidat yang berani masuk ke kolam. Kemudian berenang kencang. Seekor buaya yang paling besar berenang mengejarnya, namun rupanya tak terkejar. Sampailah calon menantu pemberani ini di tepian seberang dan meloncat ke samping sang konglomerat. Semua yang berada di tepi kolam berdecak kagum, melihat anak muda yang pemberani ini.
“Anak muda yang pemberani selamat, anda memang layak menjadi putra mahkotaku, Di sebelah kiriku telah menunggu putriku dan petugas yang siap menikahkanmu, dan di sebelah kanan telah siap notaris dan para pemegang saham yang siap menyelenggarakan RUPS. Mana yang kamu pilih pertama. Dengan terengah-engah si anak muda ini menjawab : dua-duanya bisa di tunda dulu pak, yang pingin saya lakukan pertama adalah, mecari tahu siapa yang telah mendorong saya sehingga tercebur kekolam renang dan membuat saya hampir mati, dimakan buaya….”
Kawans, motivasi kita untuk bekerja tidak jauh berbeda dengan motivasi anak muda tadi, yaitu di dorong oleh ketakutan (yang di wakili buaya0 atau visi ke depan (di wakili putri). Bila kita bekerja hanya karena ketakutan (takut melarat/takut menganggur), maka kita akan menjalani pekerjaan dengan ketakutan dan keterpaksaan. Namun bila kita bekerja untuk mengejar visi kita yang telah tersusun di pikiran kita, maka kita akan melakukan pekerjaan kita dengan nikmat dan bersemangat, Yang mana pilihanmu ?