Tips Komunikasi Saat Konflik dengan Pasangan

Tips Komunikasi Saat Konflik dengan Pasangan

Konflik tidak bisa dihindari dalam hubungan apa pun. Namun, setiap pasangan sangat berbeda dalam cara mereka berkomunikasi selama mereka konflik. Untuk itulah perlu tips komunikasi saat konflik dengan pasangan.
Pasangan yang bahagia, cenderung menyatakan permasalahan mereka dengan tegas tetapi penuh hormat. Mereka juga mendengarkan apa yang dikatakan pasangan mereka. Meskipun perasaan negatif mungkin muncul pada saat itu, perasaan itu segera memudar. Karena mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan dan sudut pandang pasangannya.
Sebaliknya, pasangan yang tidak bahagia mungkin melepaskan omelan, penghinaan dan mengeluarkan daftar panjang keluhan setiap kali mereka bertengkar. Alih-alih mendengarkan satu sama lain, mereka saling berteriak satu sama lain. Pada akhirnya, mereka tidak memiliki pemahaman yang lebih baik satu sama lain, tetapi sebaliknya, sikap negatif mereka terhadap pasangan mereka semakin menguat. Dan hal tersebut bisa bertahan selama berhari-hari.
Hal ini mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa gaya komunikasi yang lebih positif menghasilkan kepuasan hubungan yang lebih besar. Contoh gaya komunikasi positif adalah melatih untuk menggunakan pernyataan “saya” daripada pernyataan “kamu”. Contohnya begini : “Saya merasa sangat marah ketika kamu …” daripada “Kamu membuat saya sangat marah ketika kamu …” Hindari juga penggunaan istilah absolut seperti “selalu” dan “tidak pernah”.

Meningkatkan Komunikasi Positif

Tetapi apakah perubahan positif dalam gaya komunikasi benar-benar mengarah pada peningkatan kepuasan hubungan? Matthew Johnson dan rekan-rekannya dalam sebuah penelitian menyampaikan pendapat :
Yaitu, ketika pasangan mengurangi jumlah komunikasi negatif selama konflik, mereka juga merasa lebih puas dengan hubungan mereka saat itu, tetapi belum tentu di masa depan. Selain itu, peningkatan komunikasi positif tidak serta merta dapat memprediksi kepuasan hubungan di masa berikutnya.
Singkatnya, mengurangi komunikasi negatif membantu pada saat ini tetapi belum tentu unutk jangka panjang, sementara meningkatkan komunikasi positif tidak selalu meningkatkan hubungan baik sekarang ataupun nanti. Jadi, salahkah terapis mengajarkan kliennya untuk lebih banyak menggunakan gaya komunikasi yang positif, terutama saat konflik? Belum tentu begitu.

Mengurangi Komunikasi Negatif

Melontarkan hinaan dan menyuarakan keluhan yang tidak terkait permasalahan, tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Sebaliknya, hal itu justru menyalakan api kemarahan dan kekecewaan. Hal tersebut juga semakin mengabadikan ketidakbahagiaan yang dirasakan masing-masing pasangan dalam hubungan. Sejauh Anda masing-masing dapat menahan komunikasi negatif, semakin besar kemungkinan Anda berdua menemukan penyelesaian yang bisa diterapkan untuk masalah yang terjadi.
Bahkan dalam situasi non-konflik sekalipun, yang terbaik adalah menghindari ejekan, sarkasme, dan cemoohan verbal lainnya. Ini karena ejekan/cemoohan dan ungkapan kasar lainnya dapat menimbulkan luka psikologis yang berkepanjangan yang dapat menyebabkan pasangan meragukan komitmen Anda terhadap hubungan itu.

Komunikasi Negatif Melebihi Komunikasi Positif

Dari penelitian Mathew Johnson kita bisa simpulkan setidaknya dua hal yang bisa kita gunakan sebagai Tips Komunikasi saat konflik dengan pasangan :
Pertama, jauh lebih penting untuk mengurangi pola komunikasi negatif daripada mempraktikkan yang positif.
Kedua, mengadopsi gaya komunikasi positif saja tidak cukup untuk meningkatkan hubungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Namun begitu, Gaya komunikasi positif di mana Anda dengan jelas dan tegas mengungkapkan kekhawatiran Anda kepada pasangan Anda dan secara aktif mendengarkan adalah langkah pertama menuju penyelesaian konflik. Baca Tips Menjadi Pendengar di sini.